GERAKAN INVENTARISASI UNSUR KEBUDAYAAN MUBA
JILID 1 : JANUARI - OKTOBER 2017
SEKAYU - SUNGAI KERUH - PLAKAT
TINGGI - LAWANG WETAN - BABAT TOMAN - BATANG HARI LEKO - SANGA DESA.
PROLOG
Sebelum memasuki sebuah rumah
panggung, kita harus meniti tangga pertama. Susah...
adakalanya, tetapi cita-cita tetaplah menjadi asa dalam bingkai fatamorgana bila
kita tidak melangkah. Dan bila telah melangkah, jangan berhenti tanpa tinggalkan
jejak berarti.
Untuk menggapai cita dalam melestarikan
dan mengibarkan pengetahuan dan ekspresi kebudayaan daerah diperlukan konsep
yang menyeluruh, dimulai dari inventarisasi unsur-unsur budaya daerah, program
pengembangan, dan pemberdayaan yang nyata dan khusus secara berkelanjutan. Impian
ini harus ada yang memulai, serta jemari-jemari lain yang menggenggam dan melanjutkan.
Oleh karena demikian gerakan ini kita gebrakan. JBAM! Menghentak. Menggebrak. Dari,
oleh, dan untuk Muba!
Kegiatan inventarisasi unsur-unsur
budaya daerah merupakan upaya penting dalam pelestarian kebudayaan daerah. Hal
ini tidak saja memberikan fungsi informatif namun juga dapat digunakan sebagai
fungsi pembuktian hukum guna perlindungan kebudayaan daerah dalam jangka
pendek. Untuk jangka menengah dan panjang adalah dengan mengeluarkan peraturan
sebagai payung hukum yang secara khusus bertujuan untuk melestarikan/
melindungi kebudayaan daerah.
Melalui gerakan ini, kami ingin
mengajak semua kalangan untuk menyelami nilai-nilai luhur dan kearifan dari
pengetahuan dan ekspresi kebudayaan daerah yang tentunya dapat diaktualisasikan
dalam kehidupan masa kini. Nilai-nilai luhur itu saling bersinergi dan hidup
berdampingan dengan alam sekitar sebagaimana terlihat dalam kehidupan
masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin dan secara luasnya Indonesia. Dengan mengenal langsung
secara dekat diharapkan akan semakin tumbuh rasa kecintaan kita terhadap budaya
Kabupaten Musi Banyuasin, sekaligus mengingatkan kita bersama akan ketangguhan
budaya yang kita miliki.
Kita adalah masyarakat yang tangguh
dan tercerdaskan, berhenti menjadi anak manja yang hanya menanti saja. Telah
cukup kita menunggu, di segenap bidang Muba melaju. Kita bantu daerah sesuai
kompetensi yang kita mampu. Sama-sama berasal dari satu akar, tak perlu saling
membakar. Serasan sekate. Gerakan ini bukan tentang perjuangan, melainkan kenikmatan
perjalanan. Pada saatnya kelak kita harus percaya Muba akan mampu menegakan
jati diri sebagai suatu Kabupaten yang besar. Berkibarlah kesenian,
kesusastraan, dan kebudayaan daerah; berkibarlah Muba. Seluruh penjuru Indonesia,
nama Muba kelak menggema! *